TVTOGEL — Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, mengumumkan rencana penyiapan lahan seluas satu juta hektare untuk pengembangan bahan baku bioetanol. Saat ini, sebagian besar lokasi sudah ditetapkan dan menunggu verifikasi dari Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman.
“Dari target satu juta hektare, sekitar 920 ribu hektare sudah terpetakan dan tinggal menunggu verifikasi dari Kementerian Pertanian. Sisanya, sekitar 80 ribu hektare, masih kami cari dan identifikasi,” ujar Nusron di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Ia menjelaskan, dari total tersebut, sekitar 680 ribu hektare berasal dari lahan eks hak guna usaha (HGU) yang tidak diperpanjang, sedangkan 240 ribu hektare lainnya merupakan lahan terlantar yang telah ditetapkan.
“Kalau ditotal baru 920 ribu hektare, jadi masih ada 80 ribu lagi yang perlu kami lengkapi. Kami terus mencari lokasi tambahan yang paling sesuai,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nusron mengatakan bahwa lahan tersebut tersebar di 18 hingga 19 provinsi, tidak hanya di kawasan timur Indonesia, tetapi juga di wilayah barat dan tengah. “Ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Jawa Barat dan Jawa Timur,” tambahnya.
Mendorong Efisiensi dan Ketahanan Energi
Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah memperkuat ketahanan energi nasional melalui program wajib campuran etanol 10 persen (E10) dalam bahan bakar minyak (BBM) yang mulai diberlakukan pada 2027 mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menilai bahwa program ini tidak hanya akan mendorong pemanfaatan lahan-lahan menganggur, tetapi juga menjamin pendapatan yang lebih stabil bagi petani.
“Untuk memenuhi kebutuhan E10, setidaknya dibutuhkan 1,3 hingga 1,4 juta ton etanol per tahun. Artinya, kita perlu meningkatkan produksi bahan baku seperti singkong, jagung, atau tebu,” ujarnya.
Ia menambahkan, program ini juga membuka peluang besar bagi petani. Dari perhitungan pemerintah, satu hektare lahan bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp75 juta per tahun hanya dari tanaman singkong.
Fokus Kurangi Impor Energi
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa program bioetanol harus mengutamakan produksi dalam negeri. Pemerintah, kata dia, tidak ingin kebijakan ini berujung pada ketergantungan impor etanol.
“Tujuan utama kebijakan campuran 10 persen etanol dalam BBM adalah mengurangi impor energi. Karena itu, kita harus memastikan bahan bakunya berasal dari produksi nasional,” kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Menurutnya, pembangunan industri bioetanol juga akan dilakukan secara bertahap untuk memastikan kesiapan pasokan bahan baku dari dalam negeri. “Kita tidak ingin tergesa-gesa membangun industri yang ujungnya justru bergantung pada impor,” tegasnya.
Dengan tersedianya lahan satu juta hektare yang disiapkan Nusron Wahid dan sinergi lintas kementerian, pemerintah optimistis program E10 bisa berjalan sesuai target, sekaligus memperkuat fondasi transisi menuju energi terbarukan di Indonesia.