Menkeu Purbaya Soroti Pelambatan Kredit dan Uang Beredar, BI Diharapkan Suntik Likuiditas

Bocoran HK — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa secara terbuka mengakui adanya fenomena pelambatan pada jumlah uang beredar atau uang primer (adjusted M0) dalam sistem keuangan Indonesia selama periode Oktober hingga November 2025.

“Yang saya jelas lihat adalah uang (beredar) agak berkurang di sistem selama bulan Oktober-November,” ujar Purbaya dalam keterangannya kepada media di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (12/12/2025).

Data resmi Bank Indonesia (BI) mendukung pernyataan Menkeu. Catatan BI menunjukkan pertumbuhan uang beredar pada November 2025 tercatat sebesar 13,3 persen (year-on-year/yoy), dengan nilai mencapai Rp2.136,2 triliun. Angka pertumbuhan ini memang masih positif, namun menunjukkan perlambatan jika dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya (Oktober) yang tumbuh 14,4 persen (Rp2.117,6 triliun).

Korelasi Langsung dengan Anjloknya Pertumbuhan Kredit

Fenomena berkurangnya uang beredar ini tidak berjalan sendiri. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) justru menunjukkan korelasi yang erat. Realisasi pertumbuhan kredit perbankan per 31 Oktober 2025 tercatat melambat signifikan menjadi hanya 7,36 persen (yoy).

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Oktober 2024) yang masih mampu tumbuh 10,92 persen. Bahkan, dibandingkan dengan bulan sebelumnya (September 2025) yang mencapai 7,70 persen, realisasi kredit di Oktober juga mengalami penurunan.

Kondisi ini menegaskan adanya hubungan antara ketersediaan likuiditas di sistem perbankan dengan kemampuan dan kemauan bank dalam menyalurkan kredit kepada dunia usaha dan masyarakat.

Bank Indonesia Diperkirakan Akan Bertindak

Menyikapi tren ini, Purbaya Yudhi Sadewa memberikan penilaian bahwa Bank Indonesia sebagai bank sentral diperkirakan akan segera mengambil langkah untuk menyuntikkan likuiditas tambahan ke dalam sistem perbankan.

Tujuannya jelas: untuk mendorong jumlah uang beredar kembali meningkat, yang pada akhirnya diharapkan dapat membangkitkan kembali gairah penyaluran kredit. “Bank Sentral akan menambah juga uang ke sistem sehingga kreditnya akan bertambah,” tutur Purbaya.

Secara teknis, BI memiliki beberapa instrumen untuk melonggarkan likuiditas, di antaranya:

  • Melakukan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN).
  • Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM).
  • Memberikan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk kredit sektor prioritas.
  • Memanfaatkan fasilitas Standing Facilities.

Optimisme dengan Dukungan Fiskal dan Moneter

Di sisi lain, Menkeu juga menyimpan optimisme. Dengan adanya penempatan dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) pemerintah sebesar Rp276 triliun di bank-bank Himbara, ditambah potensi pelonggaran kebijakan moneter dari BI, Purbaya meyakini bahwa pertumbuhan uang beredar masih dapat ditingkatkan. Langkah sinergi antara otoritas fiskal dan moneter ini diharapkan mampu menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.